Sains Dermatoglyphics adalah ilmu
yang mempelajari pola-pola sidik jari. Disiplin ilmu ini telah berkembang lebih
dari ratusan tahun. Para ahli tertarik dengan sidik jari karena memiliki
karakterisktik yang khusus, yakni :
Pola sidik jari bersifat unik,
tidak ada seseorang yang memiliki pola sidik jari yang sama dengan orang lain.
Kemungkinan sama, perbandingannya adalah 1:64.000.000.000.
Sidik Jari bersifat permanen
seumur hidup, tidak pernah berubah. Pola sidik jari sudah ada semenjak lahir
sampai meninggal tanpa mengalami perubahan.
Struktur sidik jari, mudah untuk
diklasifikasikan dan diukur. Pola sidik jari dapat terlihat jelas dengan kasat
mata, melalui perkembangan teknologi, Pola sidik jari dapat dengan mudah
disimpan dalam database.
Dalam perkembangan riset,
penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dermatoglyphics, dipelajari masalah
seputar pembentukan pola sidik jari yang ternyata sudah muncul dalam janin usia
kandungan 13 minggu sampai dengan 19 minggu.
Pembentukan pola sidik jari ini
sangat berkaitan dengan perkembangan otak. Riset yang dilakukan seputar
pengklasifikasian pola sidik jari dari sudut pandang antropologi, penelitian
medis seputar hubungan pola sidik jari tertentu dengan indikasi kelainan mental
dan kesehatan, dan riset statistik kalangan psikolog seputar hubungan pola
sidik jari dengan kondisi mental dan kecerdasan, memberikan kontribusi atas
lahirnya fingerprint analysis biometric system ini.
Seiring dengan perkembangan
teknologi informasi biometrik, pembuatan aplikasi dan penggunaan teknologi
semakin memberikan harapan yang lebih besar atas perkembangan sistem
fingerprint analysis menjadi lebih akurat.
Sidik Jari Si Penguak Bakat
Sidik jari ternyata tak hanya
berguna untuk mengidentifikasi seseorang, tetapi juga bisa untuk mengetahui
bakat terpendam.
Kelebihan yang dimiliki seseorang
pada suatu bidang, atau disebut bakat, memang tak mudah untuk ditemukan.
Menurut Dr. Reni Akbar Hawadi, Psi., kepala Pusat Keterbakatan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia, untuk menjadi orang berbakat tak hanya sekadar mewarisi
bakat secara herediter dari garis keturunan. Namun, untuk menjadikan bakat
tadi teraktualisasi, perlu adanya intervensi lingkungan atau pengasahan atas
kapasitas bakat tadi. Nah, jika belum tahu bakat apa yang terpendam dalam diri anak, bagaimana bisa mengasah bakatnya agar menjadi kemampuan khusus?
Untuk itu, orangtua perlu
menstimulasi dan mengetesnya untuk mengetahui potensi bakat anak. Antara lain
dengan memaksimalkan seluruh modalitas sang anak, misalnya dari pendengaran,
penglihatan, pengecapan, perabaan, dan sebagainya sejak anak berusia 6 bulan. Bila perlu, lakukan penelusuran
bakat anak dengan metoda tes dan non tes (wawancara dan observasi). Salah satu
yang ditawarkan dari metoda penelusuran bakat dengan tes adalah dengan fingerprint. Metode penelusuran bakat ini memanfaatkan pola sidik jari yang
dicetak melalui sensor sidik jari.
Metode ini tak hanya membantu anak-anak menemukan
bakatnya, namun juga membantu mengarahkan anak berkebutuhan khusus untuk mengasah
kemampuan khusus dalam dirinya.